Pemkot Cimahi Siapkan Jurus Jitu Wujudkan Nol Sampah yang Dibuang ke TPA Sarimukti
Pemkot Cimahi Siapkan Jurus Jitu Wujudkan Nol Sampah yang Dibuang ke TPA Sarimukti

CIMAHI.- Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi berharap bisa mengelola secara mandiri dan tidak dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti akan terwujud di akhir tahun 2025. Tahapan untuk merealisasikan hal itu sudah dilakukan secara bertahap.
"Harapan saya tentunya akhir tahun ini sudah tidak buang sampah lagi ke TPS, dan kita harus optimis. Dalam beberapa tahun terakhir ini sampah yang dibuang ke TPS terus menurun," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Chanifah Listyarini, Senin (3/2/2025).
Berdasarkan data DLH Kota Cimahi, produksi sampah rumah tangga saat ini mencapai 231 ton setiap harinya. Dari jumlah tersebut, yang dikirim ke TPA Sarimukti mencapai 97-100 ton setiap harinya. Sedangkan sisanya mayoritas sudah dikelola secara mandiri di Kota Cimahi.
Untuk mewujudkan target 0 persen sampah yang dibuang ke TPA, kata Chanifah, langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah. Sehingga minimalnya sampah anorganik yang memiliki nilai jual bisa dikelola sejak dari sumber.
"Menurut saya, sekarang masyarakat sudah mulai banyak yang memilah sampah dan menanfaatkan sampah yang memiliki high value. Kalau semua masyarakat bisa menerapkan itu maka akan semakin mudah kita mengelola sampah secara mandiri," imbuh Rini, sapaan Chanifah.
Dia mengatakan, sampah yang memiliki high value itu bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan uang seperti ditukar ke tukang rongsok hingga disetor ke Bank Sampah yang tersedia. Untuk itu, pihaknya juga berharap setiap RW memiliki Bank Sampah.
Sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi, khususnya sampah organik, kata dia, maka akan dilakukan pengolahan oleh DLH Kota Cimahi. Baik di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) yang sudah tersedia di sejumlah titik maupun tempat pengolahan sampah yang sudah dibangun di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
Nantinya di lokasi tersebut diperkirakan akan bisa mengolah sampah hingga 50 ton per harinya. Dia menjelaskan, hasil sampah organik yang sudah diolah di beberapa lokasi itu yang sudah menjadi bubur nantinya akan dimanfaatkan untuk pakan maggot, kemudian untuk komposting hingga biomassa.
"Untuk yang low value harus di treatment menjadi RDF (Refuse-derived fuel) plant. Itu nanti yang jelas di Santiong ada dua mesin untuk RDF plant. Di beberapa TPS juga sudah ada pengolahan sampah. Harapan kami, nantinya hanya 30 persen sampah yang dikirim ke kami untuk dikelola, karena sisanya sudah selesai di wilayah," jelas dia.
Kemudian yang terakhir, pihaknya juga sedang mencari solusi yang tepat untuk mengolah sampah residu. Meskipun saat ini sudah memiliki incinerator di TPS Cibeber untuk menangani sampah residu. Pihaknya akan menjajaki kerja sama dengan pihak lain.
"Sisanya ini yang residu yang mungkin ke depan apakah bisa kerja sama seperti dengan dibakar atau seperti apa. Klau mungkin kita siapakan dengan incinerator, dan incinerator kita harus hati-hati, ada syarat-syaratnya. Kita juga sudah lihat daerah lain yang sudah pakai teknologi, nanti kita jajaki," ujarnya.